Dahsyatnya kekuatan doa islam dalam alquran yang mengalahkan segalanya - Do’a ialah keinginan,
do’a ialah semangat,
do’a ialah kepasrahan,
do’a juga bentuk dari kepatuhan serta perasaan ta’dhim pada Sang Khaliq.
do’a juga seringkali jadi jalan paling akhir saat usaha lahir tidak menghasilkan pertanda kesuksesan.
Saya memiliki satu cerita riil dari seseorang teman dekat yang sempat menuturkannya pada saya, alkisah ………
Disiang yang terik, saya mendatangi teman dekat saya yang bekerja disebuah toko, seperti umumnya sesudah basa-basi sesaat pembicraan juga sampai pada beberapa hal yang serius.
” Pusing banget kang ” demikian keluhnya sekalian memegangi kepalanya
” karena itu buruan nikah, agar tidak pusing ” jawabku sekenanya
” yeee…. justru lebih pusing mikirin setoran, ditambah lagi jika telah miliki anak ” kilahnya
” mending pusing tetapi miliki anak-bini, lumrah, lha…kamu telah ngejoblo gunakan pusing lagi”
” iya…iya kang? tetapi jika sendirian kan tidak ada yang mendemo jika lagi tongpes?”
” itu kawan ! kita terkadang kelamaan & jauh menerawang hari esok yang kita sendiri tidak tau seperti apakah bentuk aslinya kelak, kita cuma coba menerka-nerka, masih tetap ingat kata ustadz kita dahulu? rimba itu bukan hanya ditempati singa atau macan, tetapi ada pula panorama yang indah, air terjun, serta buah-buahan fresh yang alami ” saya hentikan katakata saya sekalian melirik mengarah teman dekat saya, mukanya beralih muram sama seperti langit yang tidak diduga diselimuti mendung tebal.
” ya .. kang saya masih tetap ingat, tetapi tidak tahu mengapa saya tidak dapat lagi rasakan enaknya melaksanakan ibadah, saya juga capek dengan kehidupan yang serba tidak jelas ini, saya capek…….lelah banget “ mukanya makin lesu tiada pancaran semangat
” janganlah putus keinginan, janganlah akan memutus tali karunia Alloh ! “ saya coba mengingatkannya
” sia-sia kang, dahulu saya rajin berdo’a, tetapi sebab tidak juga terkabul pada akhirnya saya berhenti tak akan baca-baca do’a, sholat saja telah jarang-jarang “
” astaghfirullohal ‘adhim …. saya lihat orangtua kamu rajin sholat & seringkali ikuti mujahadah thariqoh, kita harusnya mengikuti jejak orangtua kita”
” nha… itu permasalahannya, ayah itu kerjaannya berdo’a serta berdo’a, malam tahajud, pagi dhuha, tetapi kenyataannya boro-boro hidup kecukupan, rumah saja belumlah punya” paparnya.
sebab hari telah sore saya pamit pulang, sebetulnya saya telah tidak ingin berdebat dengan teman dekat saya yang tengah alami proses pendewasaan oleh alam & pengalaman hidup dianya. waktu juga demikian cepat berlalu, tidak tersisa ruangan nantikan buat sang pemalas, yang cuma diam terpaku meratapi nasibnya tiada berupaya merubahnya. 3 tahun kami belum pernah berjumpa sebab dia pergi merantau ke luar negeri, serta pagi hari ini kami disandingkan oleh Alloh di tempat di mana dahulu kami seringkali memancing, di pinggir sungai yang airnya tidak sejernih dahulu.
” bagaimana kabarmu kawan?” saya mengawali pembicaraan dengan sapaan ala kadarnya
” alhamdulillah baik, kamu sendiri baik juga kan?” jawabnya singkat
” alhamdulillah seperti yang kamu lihat “ jawabku sekalian membawa dia untuk duduk dibatu yang dahulu seringkali kami duduki
” subhanalloh ! kang benar katamu dahulu “ tiba- datang dia mengatakan kalimat tasbih sekalian menatapku dengan tajam
” apanya yang benar ? “ saya betul-betul heran
” 3 bulan waktu lalu ada saudara dari ayah, memberi rumah bersama pekarangannya sebab dia akan geser ke jakarta, dia telah beli rumah dari sana, tempat tinggalnya yang di tempat ini dikasihkan pada ayah ” dia menceritakan sekalian matanya berkaca-kaca, ada sorot penyesalan disorot matanya
” alhamdulillah, bermakna sholat & do’a bapakmu tidak siasia kan?” saya beranilkan diri mengungkit perbincangan kami 3 tahun yang lalu
” iya kang, nyatanya salah satunya do’a yang seringkali ayah baca ialah mudah-mudahan dikasih rumah buat kami walau ngontrak asal tidak nebeng selalu sama kakek, serta do’a itu terjawab sesudah bertahun-tahun, do’a ayah terijabah saat saya menjadi anaknya telah menyangsikan dengan do’a- do’a ayah, saya menjadi malu kang “ sorot matanya makin menunjukkan perasaan sesal yang dalam