Cara Rahasia proses pembuatan Keris dan Budaya Spiritual Kejawen Kuno - Budaya keris tidak terlepas dari dua segi pandangan yakni bendawi serta non-bendawi; Eksoteri serta esoteri.
Awalannya, manfaat keris ialah menjadi senjata tikam, dalam perjalanannya berubah menjadi status sosial bermuatan spiritual, menjadi ”ageman” atau pusaka turun-temurun. Prosesi pembuatan keris, adalah cerita ritual yang dilatari perlakuan esoteristik Kejawen. Karenanya keris ialah ekspresi kultural sang empu dalam ibadahnya.
Gerbang
Kejawen dari kata Jawa (Java): Javanism, ialah pekerjaan orang Jawa dalam penelusuran pengetahuan mengenai hidup yang benar, jadi ketauladanan kerohanian masyarakatnya turun-temurun, dan diterapkan dalam tata cara kehidupan lahiriahnya. Salah satunya prinsipnya ialah mencari urip sejati (urip = hidup; sejati = true) sampai jalinan yang serasi pada hamba serta Tuhan, Jumbuhing Kawulo Gusti (jumbuh = a good relation, menyatunya, kawulo = hamba, gusti = Tuhan, Allah).
Kejawen adalah ajaran spiritual asli leluhur tanah Jawa, yang dahulunya belumlah terserang dampak budaya luar. Berarti sebelum budaya Hindu serta Budha masuk ke tanah Jawa, beberapa leluhur tanah Jawa telah memiliki budaya spiritual sendiri. Seperti dapat dibuktikan terdapatnya cara-cara pandang spiritual Kejawen yang tidak ada di budaya Hindu ataupun Budha. Akan tetapi, saat ini kita mewarisi Kejawen yang sudah lewat proses sinkretisme budaya lainnya bahkan juga sinkretik dengan agama-agama.(2)
Kejawen mempunyai makna yang luas mencakup sopan santun, kepercayaan, filosofi, kesenian, kebiasaan, kekaryaan, kesatryaan, kepemimpinan, dlsb. Dalam catatan kuno diketahui terdapatnya arti Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu (Sastra = tulisan; Jendra = Harjendra, Dewa Indra, Tuhan menjadi manifestasi alam semesta serta kehidupan; Hayu = tenteram serta baik; Ing Rat = dalam dunia serta di diri sendiri; Pangruwat = mengubah; Diyu = Raksasa, angkara, watak jelek, kebiadaban). Tulisan atau buku Ketuhanan untuk ke arah ketentraman dengan mengubah watak biadab ke arah peradaban (to civiliziation).
Sastra Jendra dalam bagian pandang universal dapat dimengerti menjadi ”Sastra Ketuhanan” (3) yang tumbuh dari keimanan manusia lewat penghayatan maguru alam serta kehidupan (jagad gede), adalah software yang terprogram dalam diri manusia (jagad cilik) dan menyelia di semua segi kehidupan manusia.
Sastra Jendra dalam buku Betaljemur Adam Arti dimaksud : Mustikaning kawruh ingkang kuwasa amartani ing karahayon, karaharjan, katentreman lan sak panunggilipun, memayu hayuning bawana. Berarti “mustikanya pengetahuan Ketuhanan menjadi pandangan hidup ke arah keselamatan, kesejahteraan serta ketenteraman dalam kehidupan diri pribadi ataupun untuk kebaikan dunia”.
Pandangan Sastra Jendra Hayuningrat melahirkan konsepsi Memayu Hayuning Bawono - mengawasi kesetimbangan dunia dalam makna yang luas; melestarikan alam semesta untuk kesejahteraan kehidupannya; diawali dari pada manusia dengan manusia; serta pada manusia dengan alam semesta dilandasi oleh jalinan serasi pada manusia dengan Tuhan.
Lalu dari keyakinan Sastra Jendra itu, muncul satu perenungan mengenai perihal keutamaan manusia yang dimaknai oleh ”budi-pekerti”.